Problematika Kesuburan Tanah
Problematika Kesuburan Tanah
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.
Praktikum mandiri KPKT Acara 5 yaitu Problematika Kesuburan Tanah, telah dilakukan secara mandiri dengan metode wawancara petani.
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020 pukul 08.00-09.30 WIB
di RT 7 RW 1, Desa Panekan, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pada
hari Sabtu 10 Oktober 2020 yang lalu, saya berkesempatan untuk bertemu dengan Pak
Hendri (30 tahun) dan Pak Mulyono (60 tahun) yang berprofesi sebagai petani
sekaligus sebagai narasumber untuk kegiatan praktikum KPKT yang saya lakukan.
Ketika melakukan observasi dan wawancara terkait kondisi dan problematika lahan
yang berada di Desa Panekan Pak Hendri dan Pak Mulyono bercerita tentang
berbagai permasalahan pertanian yang dihadapi. Sebelumya saya telah memberikan
beberapa pertanyaan terkait proses budidaya dan permasalahan lahan yang sedang
terjadi.
Yang pertama, saya melakukan identifikasi lahan dengan bertanya langsung kepada Pak Hendri dan Pak Mulyono dilanjutkan mengunjungi lahan (sawah) milik beliau. Pak Hendri dan Pak Mulyono memiliki lahan +- 1 ha. Selain bertani di sawah milik mereka, Pak Hendri dan Pak Mulyono juga menggarap lahan milik Dinas Pertanian, BPP Panekan. Area persawahannya memiliki fisiografi dataran, dengan topografi datar. Kedalaman sumur atau jeluk air tanah di lokasi yakni 80 m. Dari hasil uji kualitatif tanah didapatkan kondisi tanah permukaan (top soil) dengan tekstur lempung debuan, berwarna 2,5Y 6/6, struktur granular, tingkat kelengasan tinggi, tanpa batuan karena tanah telah diolah.
Pada saat ini, tepatnya tanggal 10 Oktober 2020, Pak Hendri dan Pak Mulyono sedang melakukan proses budidaya yakni menanam komoditas jagung yang telah berumur 14 HST. Pada hari tersebut sedang dilakukan pengairan oleh Pak Mulyono, setelah dilakukan pemupukan Urea. Varietas jagung yang biasa digunakan yakni P21 Pioner, dan F1 Bisi. Jarak tanam jagung yakni 20x20 cm, pengairan dilakukan tiap minggu ketika awal tanam kemudian dilakukan tiap 2 minggu karena telah memasuki musim kemarau. Pengairan dilakukan berdasar jatah jam pengairan yang diatur oleh perangkat desa setempat. Air berasal dari sumur bor di dekat lahan, jeluk airnya sedalam 80 m, namun debit airnya lebih kecil dibandingkan pengairan yang berasal dari saluran irigasi ataupun sumber mata air. Pengolahan tanah dilakukan dengan berbagai macam yaitu menggunakan cangkul, bajak, dan traktor. Pupuk yang digunakan ada dua yakni pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang (250kg/ha) dan dolomit, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan yaitu Urea (200kg/ha), Phonska (140kg/ha), ZA (100kg/ha). Cara aplikasi pupuk dengan ditabur disekitar tanaman dengan jarak 10-15 cm kemudian di berikan pengairan.
Pada awalnya Pak Hendri dan Pak Mulyono
menanam jagung manis tetapi mengalami kegagalan kemudian diganti dengan jagung
hibrida. Satu lubang tanam ditanam 3 biji dengan tujuan mengurangi resiko
kegagalan dan kerugian tanam. Ketika sudah mencapai umur satu bulan dilakukan
seleksi dari ketiga tanaman, tanaman jagung dengan bakal buah yang buruk di
seleksi dengan cara dicabut, hal tersebut juga bertujuan agar pertumbuhan kedua
tanaman jagung yang lain lebih optimal. Tanaman jagung dapat dipanen ketika
berumur 3 bulan atau sekitar 90 hari. Kenampakan tanaman saat observasi cukup
baik yakni daunnya hijau dan batangnya kokoh. Produktivitas tanaman jagung
dalam ukuran 1 kg benih sekitar 5-6 ton.
Selain menanam tanaman jagung, Pak Hendri dan Pak Mulyono juga menanam Padi, Ubi jalar. Kadang ketika peralihan musim Pak Hendri dan masyarakat sekitar yang juga petani menanam bawang merah yang dtumpangsarikan dengan cabai rawit, tetapi karena harga ubi lebih menguntungkan kemudian akhir akhir ini beliau beralih menanam ubi jalar. Dalam satu tahun dimusim hujan Pak Hendri dan Pak Mulyono menanam padi yang diselingi dengan kacang tanah di sepanjang tepi lahan untuk mengalihkan perhatian tikus yang berpotensi menyerang tanaman padi, kemudian dilanjutkan menanam ubi jalar saja atau bawang merah yang ditumpangsarikan dengan cabai rawit, setelah panen dilanjutkan menanam jagung, kemudian padi kembali. Tidak hanya melakukan rotasi tanaman, Kelompok tani yang diikuti oleh Pak Hendri dan Pak Mulyono juga melakukan diversifikasi tanaman. Dalam suatu lahan pertanian yang terdiri dari berbagai petak, masing masing menanam tanaman yang berbeda komoditasnya. Diversifikasi budidaya tanaman pada suatu luasan lahan dapat memberikan beberapa keuntungan dan kerugian salah satunya yaitu jumlah kebutuhan pengairan yang tidak merata, keuntungannya yaitu serangan hama lebih bisa dikendalikan.
Permasalahan yang terjadi di lahan milik Pak Hendri dan pak Mulyono diantaranya kelangkaan pupuk di toko pertanian, adanya pupuk palsu yang sulit dibedakan dan tidak bisa larut, pengolahan tanah dengan mesin yang tidak dapat membalik tanah terlalu dalam sehingga menyebabkan pemadatan tanah terlalu cepat, ketersediaan air yang minim di musim kemarau menyebabkan penurunan produktivitas tanaman. Akses terhadap pupuk menjadi masalah yang paling penting menurut Pak Hendri. Untuk mendapatkan pupuk, harus menjadi anggota kelompok tani. Setiap pembelian pupuk di toko pertanian, Pak Hendri harus membawa kartu kelompok tani. Dari luasan sawah yang dimiliki, pembelian pupuk harus disesuaikan dengan luasan lahan, sehingga tidak bisa bebas dalam membeli pupuk. Pupuk yang dijual di toko pertanian terkadang ada yang palsu, tidak bisa larut dan sulit dibedakan secara visual. Menurut Pak Hendri, pupuk yang asli memiliki sablon yang bagus, tetapi akhir akhir ini sablon yang bagus pun belum menjamin bahwa pupuk tersebut asli. Pupuk palsu diduga juga beredar di toko pertanian yang tidak resmi dan tidak tercatat oleh Dinas Pertanian. Adanya pupuk palsu sangat merugikan petani selama melakukan kegiatan budidaya tanaman.
Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun, antara lain: kelangkaan pupuk di musim tanam, harga pupuk yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu, dan beban subsidi pemerintah yang semakin meningkat. Beberapa upaya dan program telah digulirkan oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian RI, sebagai contoh, subsidi pupuk kimia untuk petani, namun banyaknya penyelewengan dalam implementasi subsidi pupuk untuk petani yang menyebabkan kerugian baik pemerintah maupun pada petani selain itu hal ini tidak dapat di hindari. Penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama beberapa dekade ini membuat petani tergantung pada pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia yang intensif dan belebihan dalam jangka panjang menyebabkan kesuburan tanah dan kandungan bahan organik tanah menurun. Maka dari itu, alternatif dari penggantian pupuk kimia adalah dengan pupuk organik misalkan kompos jerami (Hendayanti et al., 2020). Pupuk hayati juga dapat meningkatkan hara hara esensial yang dapat diserap oleh tanaman. Penggunaan pupuk organik atau hayati mungkin dapat menggantikan fungsi dari pupuk palsu yang terlanjur diaplikasikan untuk meminimalisir kerugian pada usaha tani.
Pupuk slow release atau pupuk lambat-lepas adalah salah satu optimalisasi pemupukan yang penting dan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pupuk slow release menggunakan pelapis sintetik atau biologis yang membatasi pengalihan komponen pupuk ke larutan tanah. Pupuk lepas lambat berfungsi membatasi konsumsi energi untuk pemupukan, namun apabila apalikasinya tidak tepat dapat berdampak pada penurunan hasil tanaman. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai aspek fisiologis serapan hara pada habitat dan kondisi iklim. Pupuk lepas lambat menghasilkan massa akar yang lebih besar disbanding sistem pemupukan konvensional, dari segi lingkungan juga menimbulkan dampak yang lebih baik, namun pupuk lepas lambat ini tidak begitu disukai oleh petani maupun produsen karena resiko lemahnya pengaruh produksi pupuk terhadap minat penggunaan pupuk (Niemiec dan Monika., 2018). Pupuk slow release yang dibeli oleh petani dapat disalahartikan sebagai pupuk palsu, karena sifat pupuk ini kecepatan larutnya lebih lambat. Sebaiknya petani perlu mengetahui adanya pupuk slow release dan dapat membedakan pupuk palsu dengan pupuk slow release, sehingga petani tidak mudah ditipu ketika membeli pupuk.
Teknologi konservasi air pada pertanian dapat berfungsi sebagai penyimpan sekaligus pemasok air untuk irigasi pada lahan terutama ketika musim kemarau tiba. Menurut Harjadi, 2020, metode konservasi air yang dapat dilakukan pada lahan pertanian secara vegetatif yaitu penggunaan mulsa dari seresah atau dedaunan atau dapat juga menggunakan mulsa plastik, membuat strip cropping, countur farming, dan metode trash line. Secara biologis yaitu dengan penambahan mikroorganisme dan bahan organik. Secara mekanik dengan pembuatan sumur bor atau sumur renteng. Metode panen air hujan atau water harvesting juga dapat membantu para petani untuk menambah pasokan air untuk irigasi lahan pertanian.
Setelah berbincang bincang dengan Pak Hendri saya diantar ke sawah untuk melihat lahan yang sedang dikerjakan oleh Pak Mulyono. Berikut dokumentasi yang saya dapatkan ketika melakukan observasi dan wawancara petani bersama Pak Hendri dan Pak Mulyono.
Sekian artikel dari hasil praktikum KPKT Acara ke 5. Problematika Kesuburan Tanah, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.
Dokumentasi:
Harjadi, B. 2020. Tindakan Konservasi Menyelamatkan Produktivitas Lahan dan Ketersediaan
Air Dalam Tanah. Penerbit Deepublish.
Sleman
Hendayanti, N.P.N., Ni, W. E., dan Putu,
A.G.P. 2020. Pkm kelompok tani bakti pertiwi di Desa
Kesiut. Jurnal Bakti
Saraswati 2: 103-112
Niemiec, M., dan Monika, K. 2018. The
use of slow-release fertilizers as a part of optimization
of celeriac production
technology. SCIENDO 2: 59-68
Komentar
Posting Komentar